Rabu, 25 November 2015




Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar ingin desa-desa di Indonesia mencontoh konsep desa di Republik Korea. Kenapa harus begitu?

Marwan menjadi pembicara di Global Saemaul Leadership Forum (GSLF) yang berlangsung di Republik Korea pada 24-27 November 2015. Dalam forum tersebut, Marwan bicara soal potensi desa di Indonesia yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal.

"Kerja sama lintas negara sangat perlu ditingkatkan. Dan forum GSLF yang melibatkan 48 negara ini, akan mendiskusikan strategi pembangunan berkelanjutan desa-desa di dunia, termasuk Indonesia yang tahun 2015 mulai gencar menjadikan desa sebagai basis pembangunan nasional," ujar Marwan Jafar di Korea dalam siaran pers, Rabu (25/11/2015).

GSLF 2015 ini berlangsung di Hotel Inter-Burgo, Daegu, Republik Korea. Diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Korea, Pusat Saemaul Undong Korea, Pemerintah Kota Daegu, dan jajaran setempat.

Dan GSLF 2015 merupakan forum pertemuan negara-negara dan para pemimpin Saemaul Undong di dunia.  Pemerintah Republik Korea memiliki konsep Saemaul Undong, yakni suatu  gerakan mental Desa Membangun yang melibatkan partisipasi masyarakat secara luas.

"Forum ini untuk berbagi semangat membangun desa yang dilakukan di seluruh dunia," ujar Marwan Jafar.  

Tahun ini pertemuan yang kedua kalinya. Forum GSLF ini untuk mencari strategi pembangunan yang berkelanjutan. Rangkaian acaranya terdiri dari Seminar, Pertemuan Tingkat Tinggi, Pertemuan Sosial antar Negara dan Pemimpin Saemaul Global, Pameran Teknologi Pertanian, dan lain-lain.

Jadi, konsep desa yang ingin dicontoh adalah Saemaul Undong. Apa itu Saemaul Undong? Artinya adalah 'Gerakan Desa Baru'.

Dari hasil pertemuan lintas negara ini, Menteri Marwan mengatakan, ada konsep dan strategi yang bisa diterapkan di Indonesia. Apalagi, Saemaul Undong telah diakui Organisasi Unesco PBB sebagai model pengembangan ekonomi yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat. 

"Konsep ini mampu membawa Korea yang tadinya negara miskin, menjadi negara sangat maju," kata Marwan.

Desa-desa di Indonesia, kata Marwan Jafar, peluangnya sangat besar untuk menjadi basis pembangunan nasional. Sebanyak 74.093 desa memiliki karakteristik dan kondisi potensi alam yang berbeda-beda. Dari sektor agraris, Indonesia memunyai lahan pertanian dan perkebunan yang bisa digarap untuk ketahanan pangan.

"Apalagi dari sektor pariwisata, masyarakat desanya juga sudah siap menyambut kedatangan wisatawan. Jadi tidak ada alasan lagi di masa datang, pertumbuhan ekonomi desa diragukan lagi," imbuhnya.

"Indonesia sudah mengadopsi konsep Saemaul Undong  sejak tahun 2008, yakni di Yogyakarta, terutama pembangunan desa di Kabupaten Gunung Kidul. Dan konsep ini, memiliki spirit yang sama dengan Undang Undang Desa yang memberikan ruang besar kepada desa untuk melakukan perubahan," ujar Menteri Desa.

Dalam pertemuan itu, Menteri Desa, Marwan Jafar menyampaikan program kerja sama terkait pembangunan desa. Di antaranya program peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kerjasama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan model pemberdayaan masyarakat, seperti Saemaul Undong.

"Tak hanya itu, juga program peningkatan infrastruktur, ekonomi, sosial dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis," papar Marwan.

Marwan juga diagendakan secara khusus melakukan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian, Pangan dan Perdesaan Republik Korea serta KOICA untuk secara lebih lanjut membahas realisasi kerjasama yang telah direncanakan sebelumnya.

"Dari kunjungan ini, diharapkan akan kian mempererat serta memperkuat hubungan bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Korea untuk saat ini dan masa yang akan datang," ujarnya. 

0 komentar:

Posting Komentar