Kamis, 26 November 2015




Jakarta - Kemendikbud mengimbau agar balita di tingkat TK atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak dibebankan dengan belajar baca-tulis-hitung (calistung) seperti halnya di tingkat SD. Di masa usia emas itu harusnya balita diberikan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membebani pikiran.

"Membantu anak menjelajahi kekayaan bahasa melalui bermain itu justru dianjurkan, tetapi yang tidak boleh adalah belajar membaca dengan memaksakan tanpa anak itu tahu maknanya juga tidak membebankan pikiran anak dan metodenya tidak klasikal," ucap Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbud R. Ella Yulaelawati Ph.D kepada detikcom, Kamis (26/11/2015).

Ella mengatakan kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dibaca sangat tergantung pada pengetahuan yang ia miliki. Sehingga alangkah baiknya balita itu diberikan pengetahuan soal kata-kata melalui pendengarannya, bukan dengan membaca sebuah teks atau menulis sebuah kata.

"Intinya bagi anak yang harus disampaikan adalah melatih kemampuan mendengarkan terlebih dahulu. Sebab kemampuan anak itu ada tahapannya dimulai dari mendengar menjadi kemampuan berbicara lalu membaca kemudian menulis," kata Ella.

Menurut Ella, apabila membaca itu dianggap sebagai sebuah kecakapan yang harus segera diajarkan kepada anak usia dini itu merupakan pandangan yang salah. Ella mengatakan membaca merupakan proses yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah decoding atau penerjemahan penglihatan yang memang merupakan sebuah kecakapan. Kedua adalah comprehension atau pemahaman, yang bergantung sepenuhnya pada kosakata dan pengetahuan lampau yang telah dimiliki seseorang. 

"Seseorang itu berbicara atas apa yang didengarnya dan menulis atas apa yang dibacanya. Kalau sejak dini hanya membaca saja tanpa pemahanan maka dia tidak bisa 'menulis' dalam hal ini bukan menulis di atas kertas ya," ujar Ella.

Ella mengatakan cara yang baik mengajar balita adalah dengan memberikan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar sambil bermain dan membuat anak-anak tidak cepat bosan. Di PAUD belajar calistung di masukan dalam kurikulum pra keaksaraan yakni mengenal kata-kata dengan menggambar atau aktivitas kreatif lainnya.

"Yang boleh dilakukan adalah dengan mengajarkan lebih banyak kosa kata, mendongeng, membacakan buku cerita yang kratif dengan ekspresi, bernyanyi dan melakukan permainan atau games yang edukatif," ucapnya.

Menurutnya saat ini Kemendikbud sedang membuat poster-poster berisi imbauan tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pengajaran balita di tingkat PAUD. Poster itu membuat tentang kurikulum pra ke aksaraan, pengelolaan pembelajaran, perilaku guru dan orang tua.

Senada dengan Ella, Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Prof Netty Herawati mengatakan balita boleh diajarkan membaca dan menghitung asalkan sesuai dengan tahapannya.

"Belajar membaca itu kan ada tahapannya. Kalau di PAUD itu mengenal kata-kata dengan metode bermain yang menyenangkan anak," ucap Netty.

"Jadi jika ditanya apakah di PAUD boleh belajar membaca jawabnnya boleh. Hanya saja yang perlu ditinjua kembali metode tahapan belajar membacanya, harus menggunakan metode bermain bukan menggunakan belajar di seperti di kelas," tambah Netty.

Menurutnya belajar membaca itu membaca pola dan belajar menulis itu memperkuat jari-jari. Tahap belajar membaca dianalogikan seperti belajar berjalan yakni tidur terlentang, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri baru kemudian berjalan.

"Yang perlu dipahami bukan belajar calistungnya yang nggak boleh, tapi cara yang diajarkan harus sesuai dengan tahapannya dan  metode yang digunakan menyenangkan anak dengan bermain," ucapnya.

0 komentar:

Posting Komentar